Rabu, 11 November 2009

Gadis Korek Api

        Cerita ini bermula dari seorang gadis yang pada waktu jam makan siangnya berkhayal mengenai bagaimana dia bisa membuang kantornya ke dalam laut. Bosan dan muak dengan pekerjaan dan perlakuan yang ia terima setiap hari, ia membayangkan rasanya memiliki kemampuan untuk dapat menciutkan bangunan kantornya menjadi miniatur sebesar kepalan tangan. Kalau mungkin, kepala perusahaan tempatnya bekerja juga akan dia ciutkan dan tempatkan di ruangan depan dengan jendela yang menghadap keluar. Perut laparnya harus bisa menunggu, karena kejenuhannya bekerja sudah terlalu lama mengantri. Ia perlu membuang kantornya ke dalam laut siang ini.

Dengan senyuman panjang, gadis itupun memulai perjalanan khayalannya siang itu. Ia membayangkan sedang berjalan sambil memegangi kantor kecilnya, melewati jalanan beraspal dan masuk hutan belantara. Kaki dan tangannya tersayat semak-semak belukar dan ranting liar, tapi ia tidak perduli. Ia terus berjalan dengan matanya yang menyipit, berkilat dan hidungnya yang kembang kempis karena tegang dan kegirangan. Ia terus berjalan keluar dari hutan sambil sesekali memperhatikan kepala perusahaannya berteriak-teriak lewat jendela, dengan suara yang begitu kecil dan tatapan yang begitu memelas. Gadis itu membuat kepala perusahaannya merasa sangat kecil. Begitu kecil sekecil perasaannya saat kepala perusahaan itu memakinya dulu.

Ia berjalan menembus hutan hingga sampai di sebuah padang rumput bermulut jurang, ia menutup mata sejenak dan membayangkan betapa besar hasratnya untuk membuang kantornya ke dalam laut. Namun ketika ia membuka matanya dan memandang ke bawah jurang laut, ia sungguh terkejut. Ternyata laut tempat ia akan membuang kantornya, sudah dipenuhi gedung-gedung kecil yang mengambang. Ia bisa melihat miniatur bangunan yang ada di sepanjang jalan Sudirman. Ternyata gadis itu bukan yang pertama dan sudah ada banyak gadis lainnya yang memanfaatkan jam makan siang mereka untuk membuang kantor mereka ke dalam laut. Ia tidak tahu kini mana yang lebih bodoh. Hasratnya untuk membuang kantornya ke dalam laut atau kenyataan bahwa ia sudah didahului banyak gadis lainnya yang berarti, ia sudah terlalu lama menunda untuk melakukan hal ini. Yang lebih mengejutkan lagi adalah ketika ia mengamati laut tersebut yang telah berkembang menjadi sebuah industri. Para kepala perusahaan yang jatuh ke dalam laut itu berhasil bertahan dan membangun sebuah kerajaan. Seluruh bangunan yang mengambang itu tampak bersatu padu dan hidup dari kekayaan lautan. Gadis itu terperanjat dan kembali memutar otak.

Ia kemudian meraih korek api di dalam kantongnya, otomatis merasa perlu merokok, tapi kemudian teringat bahwa ia tidak punya banyak waktu. Bukankah jam makan siangnya hendak segera usai? Ia tidak punya banyak waktu lagi untuk memusnahkan kantornya. Tiba-tiba ia punya ide lain. Gadis itu berjalan kembali menuju hutan. Ia mencari beberapa batang rantai kering dan mengumpulkannya. Kemudian ia membakar salah satu batang korek api dan menjatuhkannya ke atas ranting-ranting tersebut. Kini ia hendak menjatuhkan kantornya ke dalam api.

Ia menatap kepala perusahaannya yang sedang menatap keluar jendela dengan tatapan sendu. Sesendu tatapannya setiap kali ia harus memasuki kantor itu setiap hari. Tapi siang ini, ia memutuskan untuk tidak perduli. Sebagaimana kepala perusahaan itu juga tidak pernah peduli pada perasaannya setiap habis memaki dirinya. Gadis itu menjatuhkan kantornya ke dalam api dan memastikan bahwa kantornya habis terbakar. Misi selesai.

Gadis itu kembali melirik ke arah jam tangannya. Masih ada waktu lima menit dari jam makan siangnya. Ia meraih kembali korek apinya dan membakar sebatang rokok, sebelum harus menempuh perjalanan panjang menembus hutan dan jalanan beraspal untuk kembali ke ruangannya dan kembali bekerja.

Bandung, 2004

5 komentar:

  1. menyenangkan sekali untuk dibayangkan, jalan-jalan membawa kantor di hutan, hidungnya kembang kempis pula :) lucu..
    moodnya segar seperti lagi pegang gelas dingin.
    hebaat sekali.

    BalasHapus
  2. Terimakasih :) ini memang favoritku!

    BalasHapus
  3. great to read it while i'm thinking about your previuos boss....haha............dark and bitchy side of you huh.....

    BalasHapus
  4. Hahaha :) I just thought it was a fun story to write. That's all :)

    BalasHapus
  5. nice, mengingatkan gua sama liriknya message in the bottle-nya police
    Walket out this morning

    Don't believe what I saw
    A Hundred Billion bottes
    Washed up on the Sore
    Seems I'm not alone at being alone

    jadi neng emprit, you're not alone, takdirnya semua kantor itu adalah neraka jahanam, gimana kita mensiasatinya saja hehehe

    BalasHapus